Dialah orang yang menjagamu di saat yang lain tertidurd terlelap. Dialah orang yang memastikanmu kenyang meski dirinya lapar. Dialah orang yang ikut merasakan kesendihanmu meski itu bukan masalahnya. Dialah satu satunya orang yang banyak menyebut nama mu dalam doa. Dialah orang yang paling berharap kesembuhanmu bila engkau sakit. Dialah orang yang senantiasa mendukungmu agar engkau sukses.

Suatu ketika, seorang lelaki dari Yaman thawaf berjalan keliling Ka’bah sembari menggendong ibunya yang sudah tua renta. Lalu dia bertanya kepada Abdullah Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu,

“Apakah menurut Anda, saya sudah cukup membalas kebaikan ibu saya?” Ibnu Umar berkata, “Belum. Bahkan itu tak sebanding dengan satu tarikan nafas derita/kesakitannya (saat melahirkanmu ke dunia–pen).” (HR. Al-Bukhari)

Kisah lainnya belum lama terjadi bercerita tentang seorang ibu yang berada di tinggal wilayah Khasmir. Ibu ini memiliki anak perempuan yang menderita penyakit tulang.

Sang Ibu selalu berdoa kepada Allah Subhanahu Wata’ala sambil beristighfar. Pasalnya dia sudah membawa anaknya ke dokter di sekitar wilayahnya namun tidak mendapatkan hasil.

Mereka hanya mengatakan bahwa hanya ada satu dokter yang mampu menangani penyakit tersebut. Dokter tersebut seorang muslim ahli spesialis tulang, namun sayangnya Ia tinggal sangat jauh yakni di India.

Sang Ibu mengetahui jika dirinya tidak memiliki kemampuan untuk pergi ke India membeli tiket pesawat, makan selama di sana dan biaya berobatnya. Maka ibu ini hanya memperbanyak doa dan Istighfar.

Ringkas cerita, dokter yang menjadi target keluar dari India untuk mengisi sebuah acara dan melewati wilayah Khasmir.

Dalam perjalanan dengan sebuah pesawat  tiba-tiba pilotnya bilang tidak bisa melanjutkan penerbangan karena ada hujan badai dan harus turun di wilayah tersebut. Setelah turun tiba-tiba berkata, “Saya harus menghadiri seminar, berapa jauh lagi wilayah ini dari tempat tujuan?”

Ternyata waktu yang dibutuhkan untuk sampai sekitar empat jam, sehingga sang dokter memilih untuk menyewa mobil karena waktu untuk seminar sekitar enam jam lagi.

Akhirnya ia meninggalkan Bandara untuk menuju lokasi seminar. Namun sayang, baru sebentar meninggalkan bandar hujan semakin lebat sehingga supir tidak bisa melanjutkan perjalanan. Karena jika dipaksakan maka mereka akan menghadapi badai.

Akhirnya dokter menyetujui untuk beristirahat dengan mendatangi rumah penduduk setempat. Rumah tersebut tampak tua yang terbuat dari kayu yang reot.

Lalu dokternya mengetuk pintu, mengucapkan salam dan meminta bantuan agar sang pemilik rumah memberikan tumpangan.

Lalu sang dokter masuk dan si ibu mengambilkan minuman. Ketika sang dokter berada di ruang tamu, anak si ibu ini menangis kesakitan di kamar. Lalu dokter bertanya

“Kenapa anak ibu menangis” tanya dokter

“Sakit tulang” jawab sang ibu

“Kenapa tidak dibawa ke dokter?”

”Sudah, tapi kata dokter mereka tidak bisa menyembuhkan. Yang bisa menyembuhkan hanya dokter yang bernama si Fulan,”

Dokternya lalu berkata segala puji bagi Allah yang mendatangkan saya ke rumah ibu. Saya ini dokter yang ibu maksud. Allahu Akbar!

Allah datangkan pertolongan ke rumahnya justru hanya dengan Istighfar, tanpa biaya. Masya Allah.

Sungguh doa seorang ibu untuk anaknya sebagaimana anak panah yang melesat cepat tepat pada sasaran. Ibu adalah salah satu keramat di dunia. Doa-doanya didengar dan dijawab oleh Allah Ta’ala.

Untuk itu sayangi dan perhatikan orang tua mu selagi dia ada. Jadikan ia ladang pahala dan amal shalih sebelum ia pergi dan engkau akan menyesal.

Dari Abu Darda Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ

Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu itu, atau kalian bisa menjaganya. (HR. Ahmad 28276, Turmudzi 2022, Ibn Majah 3794, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).

Semoga kita termasuk anak-anak yg shalih, yang senantiasa berbakti, memohon ampun dan mendo’akan kedua orang tua kita. Dan siapa yang ingin kelak anak-anaknya berbakti kepadanya, maka hendaknya ia sekarang juga berbakti kepada orang tuanya.

Ada hutang kita kepada orang tua kita yang tidak akan pernah terbayar.

Barakallahu fiikum