Semua orang pasti setuju kalau rekreasi itu menyenangkan. Hal yang wajar apabila perusahaan atau organisasi menyediakan waktu khusus bagi karyawannya untuk melakukan rekreasi. Begitu pula dengan Yayasan Masjid Al Ikhlas (YMAI). Yayasan dengan payung utama ‘Masjid AL Ikhlas’ ini melakukan rekreasi terakhir di tanggal 10-11 Januari 2020. Tepat satu bulan sebelum berita pandemi santer di Indonesia.

Kegiatan rekreasi dilakukan di Cikole, Lembang, Bandung, Jawa Barat. Selayaknya rekreasi, tentu saja Guru dan Karyawan YMAI terasa sangat menikmati perjalanan. Diawali dengan outbond untuk teamwork building, wisata offroad hutan kecil lembang, wisata kuliner di Floating Market, berfoto di Orchid Forest, sampai menikmati alam di Camp Grafika Cikole.

Pastinya kenangan rekreasi itu akan sulit kembali, terutama ketika pandemi mulai terjadi. Sampai artikel ini ditulis, pandemi masih berlanjut berikut dengan lika-liku dramanya. Coba kita sedikit  menengok berita yang sudah bisa diakses di media terpercaya apa saja. Angka kematian masih bikin geleng-geleng kepala. Namun Alhamdulillah angka kesembuhannya meningkat juga.

Seperti yang diketahui khalayak ramai, pandemi ini tak mengizinkan orang-orang berkerumun apalagi berpergian. Demi menjaga kesehatan satu sama lain, masyarakat dihimbau tetap di rumah. Jadi, bagaimana orang-orang bisa mendapat kesempatan untuk rekreasi lagi?

Ada caranya, tapi tentu saja tak bisa sebebas dulu. Sekarang ketika ingin berekreasi, orang-orang harus melakukan berbagai macam prosedur untuk menghilangkan rasa was-was di dalam hati mereka.

Kita kini mengenal istilah Protokol Kesehatan, Rapid Test Antibody, Antigen, Swab PCR dan sebagainya. Semua itu adalah bagian dari tahap-tahap apabila kita ingin berpergian jauh. Jika dilihat dari kacamata organisasi, maka panitia penyelenggara membutuhkan usaha, biaya dan ketelitian lebih apabila ingin melakukan rekreasi dengan skala besar. Inilah kenyataan yang kita hadapi sekarang, butuh kerja luar biasa untuk menciptakan satu lagi kenangan menyenangkan.  

Melewati semua itu penulis mulai berpikir, bahwa waktu tanpa rasa was-was yang telah Allah ‘Azza Wa Jalla berikan adalah nikmat yang tak terhingga. Masa-masa dimana mencari kesenangan bisa didapat dengan begitu mudah harus benar-benar disyukuri. Kini banyak orang meratap tak bisa rekreasi. Padahal mungkin di masa lalu Allah sudah mengizinkan kita menghabiskan waktu untuk bersenang-senang. Seperti pernyataan Allah ‘Azza Wa Jalla pada ayat berikut,

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ

“Dan kehidupan dunia tak lain adalah permainan dan senda gurau.” (Q.S. Al-An’am: 32)

Ya. Itulah hakikat dunia, maka janganlah sampai kita lalai di dalamnya. Umat muslim pasti tahu bahwa Allah adalah Dzat yang Ar-Rahman, Ar-Rahiim, Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang. Selalu menghendaki hamba-Nya untuk merasa bahagia dan tentram. Namun sebagai hamba tentu saja umat muslim harus juga ingat, bahwa fungsi utama menjadi ‘manusia’ adalah untuk menyembah Allah ‘Azza Wa Jalla. Seperti pada ayat berikut,


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaku” (Q.S. Adz-Dzaariyaat : 56)

Kehidupan dunia yang hanya permainan dan senda gurau tak boleh melalaikan kita dari tugas utama sebagai manusia. Rekreasi yang terbatasi karena pandemi tak ubahnya adalah peringatan bahwa kita masih punya kewajiban lain. Saat ini kita disuguhkan pada pilihan kenikmatan yang berbeda. Muslim tak perlu bersedih jika harus tetap di rumah, beribadah kepada Allah ‘Azza Wa Jalla adalah jaminan utama untuk bahagia. Jika rekreasi bisa melepaskan kita sejenak dari penatnya bekerja, beribadah akan membawa kita terlepas dari penatnya dunia.

A. P.

8 Jumadil Awal 1442/Depok, 21 Januari 2021