Saat helaan nafas diisi dengan ayat-ayat suci Ilahi sejatinya kita sedang mengisi ulang energi cinta pada Allah SWT. Selain juga menegaskan bahwa seseorang yang membaca al Quran benar-benar tidak ada keraguan di dalamnya. Tentunya, bagi yang meneliti secara cermat, memerhatikan dengan hati dan pikirannya.

Kesatuan hati, pikiran, lisan dan perbuatan akan melahirkan energi dahsyat sebagai makhluk yang menjadikan al Quran sumber hidayah.

Bukan hanya sebatas mendapatkan pahala kebajikan yang didapatkan sebagaimana Rasullah SAW sabdakan :

“Siapa yang membaca satu huruf dari kitabullah, niscaya dia memperoleh satu kebaikan. Dan kebaikan tersebut senilai dengan sepuluh yang sepertinya. Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf, tetapi alif satu huruf, laam satu huruf, dan miim satu huruf.” (H.R. at Tirmidzi dari Abdullah Mas’ud RA)

Justru berhati-hatilah dengan karakter al kufru (kekafiran) yang artinya menutupi sesuatu. Orang yang kafir menutupi kenyataan dan menyembunyikan segala nikmat yang Allah berikan padanya. Kufur nikmat itu dapat terjadi bagi orang Islam. Sedangkan bagi orang yang tidak beriman kepada al Quran disebut pula orang kafir ( kufur iman) yang berlaku bagi non muslim.

Kita berharap, cahaya Allah dan energi cinta pada Al Quran akan masuk ke relung sanubari yang paling dalam.

Agar tidak timbul penyakit hati “khotamalloohu ‘alaa quluu bihim wa ‘alaa sam’ihim…” (Q.S. 2:7)

Jika hati, pendengaran, penglihatan manusia tidak lagi memperhatikan ayat-ayat suci al Quran maka fatal akibatnya. Allah (telah) mengunci mata hati mati, pendengaran dan penglihatan mereka.

Sungguh indah, jika kehidupan ini dihiasi dengan al Quran. Tidak sebatas mengexplore akal pikiran yang liar atas nama ilmu pengetahuan semata.

Itulah pentingnya belajar  agama, belajar Quran berdasarkan   sanad, jalur keilmuwan yang jelas dari para guru terus kepada ulama hingga ke  tabiut tabi’in – tabi’in sampai pada sahabat Rasulullah, dan pada akhirnya nabi Muhammad SAW.

Jadi, peranan dan penjelasan guru/ustadz, ulama  terasa bermakna dibandingkan tayangan video tiktok 1-2 menit yang bernarasi tentang agama namun tidak jelas dari mana sumber keilmuwannya yang ia dapatkan.

Hal itu penting, manusia seringkali tertipu oleh dirinya sendiri. Al Ghurur (kecongkakan), iri hati, keangkuhan, amarah, pertengkaran, keterbatasan pengetahuan, ketergesaan untuk menyampaikan informasi / sharing tanpa disaring, lupa…adalah kelemahan manusia yang hendaknya kita waspadai.

Semoga kita lebih mencintai al Quran dan terhindar dari fitnah dunia yang kian marak sekarang ini.

“Allohummaj ‘al fii qolbii nuuron, waj ‘al lisaani nuuron, waj ‘al fii sam’ii nuuron, waj ‘al fii bashori nuuron…(ya, Allah jadikanlah dalam hatiku cahaya, jadikanlah di lisanku cahaya, jadikanlah di pendengaranku cahaya, jadikanlah dalam pandanganku cahaya…”

Referensi:

1. Tafsir al Munir, Prof. Dr. Wahbah Az Zuhaili jilid 1

2. Asrorun Naum (Kitab Rahasia Tidur), Prof. Dr. Ahmad Syauqi Ibrahim

3. Yang Tersembunyi, Prof. Dr. M. Quraish Shihab

Penulis : NH/160922