Sebagian iman dari seorang muslim adalah percaya kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Allah Azza wa Jalla. Muslim diwajibkan untuk mencintai dan mempelajari sirah kehidupan Rasul agar bisa mengambil contoh dan suri tauladan dalam menjalani kehidupan. Bagi para pembaca sirah, pastilah mengenal istilah tahun kesedihan. Dimana Rasulullah SAW kehilangan dua sosok yang selalu membela dan melindunginya. Yaitu Abu Thalib dan Khadijah r.a. yang wafat di tahun ke 10 kenabian.
Setelah itu Rasulullah diperintahkan berdakwah ke bumi Thaif. Dimana beliau mendapat penolakan yang sangat keras. Dalam sirah Nabawiyah yang ditulis oleh Abdul Hasan ‘Ali Al-Hasani An-Nadwi dijelaskan, bahwa apa yang ditemui Rasulullah SAW di Thaif lebih berat daripada apa yang diterimanya dari orang-orang musryik Makkah. Penduduk Thaif menghadang Rasulullah SAW dan Zaid bin Haritsah, kemudian melempari keduanya dengan batu hingga berdarah. Selama lari dari serangan penduduk Thaif, Rasulullah terus berdoa memohon ampunan kepada Allah.
Diriwayatkan, Allah Azza wa Jalla mengutus malaikat penjaga gunung untuk berbicara kepada Rasulullah SAW. Malaikat tersebut berniat membalikkan gunung dan menimpakkannya kepada penduduk Thaif. Namun Maha Suci Allah yang telah menjadikan Rasulullah SAW sebagai rahmat bagi semesta alam, Rasulullah SAW menjawab dengan berkata,
“Aku bahkan berharap agar dari keturunan mereka lahir orang-orang yang menyembah Allah Yang Maha Esa, dan tidak menyekutikan-Nya.” HR. Bukhari (no. 3231) & HR. Muslim (No. 1795)
Setelah mengalami ujian itu, Allah Azza wa Jalla memperjalankan Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, hingga naik ke Sidratul Muntaha hanya dalam waktu satu malam.
Isra Mi’raj bukanlah peristiwa yang sederhana. Pada peristiwa tersebut, Rasulullah SAW menyaksikan tanda-tanda kekuasaan Allah Azza wa Jalla yang paling besar. Rasulullah SAW menyaksikan langit dan bumi secara jelas bahkan sampai naik ke posisi langit yang sangat tinggi (sidratul muntaha). Peristiwa ini telah terekam dalam Al Qur’an (surah Al Isra dan An Najm).
“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” Q.S. Al Isra (ayat 1)
Dalam peristiwa Isra Mi’raj, Rasulullah SAW diperjalankan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa lalu melaksanakan shalat. Kemuliaan terjadi saat para Nabi’alaihimusalam shalat di belakang beliau. Banyak ulama perpendapat bahwa kejadian itu sebagai simbol bahwa risalah kepemimpinan Rasulullah SAW bersifat universal.
Hal ini juga sebagai informasi tentang keabadian kepemimpinan Rasulullah SAW, kemanusiawian ajarannya, dan kesesuaian ajarannya dalam berbagai perbedaan ruang dan waktu. Selain itu Isra Mi’raj menjadi sangat spesial karena dalam peristiwa ini perintah untuk menjalankan sholat lima waktu bagi umat Rasulullah SAW turun dari Allah Azza wa Jalla.
Peristiwa Isra Mi’raj selalu menjadi topik yang menarik untuk diperbincangan. Terlepas dari beberapa pendapat yang meragukan kebenaran perjalanan Rasulullah SAW, peristiwa Isra Mi’raj tetap melekat di hati umat muslim dunia.
AP.
Bogor, 5 Sya’ban 1442 H / 19 Maret 2021
Sumber : Sirah Nabawiyah, Sejarah Lengkap Nabi Muhammad SAW, Abdul Hasan ‘Ali Al-Hasani An-Nadwi